Jumat, 28 Desember 2012

makalah farmakologi (penyakit ringan)


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

HL Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan dan ’‘suhu’ kesehatan masyarakat, melalui teorinya berpendapat bahwa kesehatan lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan dua faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah menjadi kiblat berbagai tindakan promotif dan preventif pada mayoritas masalah penyakit dan masalah kesehatan.
Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA, diare, cacingan dan malaria yang merupakan penyakit berbasis lingkungan yang selalu ada hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain Penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan.
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit ringan seperti ISPA, cacingan, diare, dan malaria. Masalah yang akan dibahas ialah gejala dan cara pengobatan penyakit-penyakit ringan tersebut.




B.     Rumusan Masalah

1.      Apa itu penyakit ISPA?
2.      Bagaimana cara pengobatan penyakit ISPA?
3.      Apa itu penyakit cacingan?
4.      Bagaimana pengobatan penyakit cacingan?
5.      Apa itu penyakit diare?
6.      Bagaimana pengobatan penyakit diare?
7.      Apa itu penyakit malaria?
8.      Bagaimana pengobatan penyakit malaria?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui tentang penyakit ISPA.
2.      Mengetahui cara pengobatan ISPA.
3.      Mengetahui tentang penyakit cacingan.
4.      Mengetahui cara mengobati penyakit cacingan.
5.      Mengetahui tentang penyakit diare.
6.      Mengetahui cara pengobatan penyakit diare.
7.      Mengetahui tentang penyakit malaria.
8.      Mengetahui cara mengobati penyakit malaria.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ISPA
2.1.1 Pengertian ISPA
            ISPA masih sering disalah artikan oleh banyak orang yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Padahal sebenarnya ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA melibatkan saluran pernapasan atas dan juga saluran pernapasan bawah. Infeksi saluran pernapasan akut bagian atas antara lain rhinitis, faringitis, sedangkan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah meliputi laryngitis , bronchitis, bronkhiolitis, pneumonia.
2.1.2 Klasifikasi ISPA
a.    Bukan pneumonia
            Bukan pneumonia terjadi mencakup kelompok pasien balita dengan batuk    yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsilitas, dan otitis.
b.      Pneumonia

            Pneumonia  dapat dilihan atas dasar adanya batuk dan atau kesukaran bernapas. Diagnosis gejala ini berdasarkan usia, batas frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali per menit.

 
c.         Pneumonia berat

            Pneumonia berat dapat dilihat atas dasar adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak berusia < 2 bulan, diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam.   
2.1.3 Gejala ISPA
*      Batuk
*      Flu
*      Demam
*      Sesak napas
*      Gizi buruk
*      Kejang
*      Tidak bisa minum
*      Napas cepat

2.1.4 Cara Mengatasi ISPA
            - Bukan Pneumonia : dilakukan perawatan di rumah
            - Pneumonia : di beri obat + di beri nasihat tentang perawatan di rumah
            - Pneumonia berat : di rujuk ke rumah sakit



2.2 CACINGAN
          Cacingan adalah penyakit yang disebab oleh parasit yaitu cacing.
2.2.1 Klasifikasi Jenis Cacing
          a. Nematoda
            - Cacing Tambang (Ankilostomiasis)
            - Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
            - Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
            - Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
          b. Cestoda
            - Cacing pita ikan (Diphyllobothrium latum)
            - Cacing pita sapi (Taenia Saginata)
            - Cacing pita sapi (Taenia Solium)
          c. Trematoda
            - Trematoda Hati (Liver Flukes)
            - Trematoda Usus (Intestinal Flukes)
            - Trematoda Paru-paru (Lung Flukes)
            - Trematoda Darah


2.2.2 Gejala dan Pengobatan Cacingan
          a. Cacing Tambang (Ankilostomiasi)
             Gejala : Terdapat keluhan kulit seperti gatal akibat masuknya larva. Gangguan saluran pencernaan berupa berkurang nafsu makan, mual, muntah, nyeri perut, dan diare, berhubung adanya cacing dewasa pada usus halus. Pada infeksi kronis, anemia dapat terjadi karena penghisapan darah oleh cacing. Bila dalam tubuh terdapat kurang dari 50 cacing maka gejala akan subklinis, bila terdapat 50-125 cacing maka akan timbul gejala klinis , dan bila terdapat 125-500 cacing maka gejala akan berat .
       Pengobatan : 1. Pirental pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB
                              2. Mebendazol 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari
                             3. Obat lain, misalnya albendazol 400 mg sehari, selama 5 hari   
          b. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
             Gejala : hanya sebagia kecil penderita menunjukan gejala klinis, sebagian besar asimtomatis. Gejala yang muncul biasanya disebabkan oleh migrasi larva dan cacing dewasa. Paru-paru merupakan organ yang dilalui cacing pada siklus hidupnya, maka keluhan klinis sering berasal dari organ tersebut. Gejala penyakit berkisar dari yang ringan berupa batuk sampai yang berat seperti sesak napas. Gejala yang disebabkan cacing dewasa dapat bervariasi mulai dari penyumbatan lumen usus karena banyaknya cacing, kemudian cacing berjalan kejaringan hati, samapi muntah cacing yang bisa menyumbat saluran napas.
       Pengobatan : 1. Pirantel pamoat, dosis tunggal 10 mg/kgBB
                              2. Mebendazol 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
                               3. Albendazol (anak >2 tahun) 400 mg (2 tablet) dosis tunggal.
 
          c. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
             Gejala : Sensasi gatal di sekitar anus adalah gejala yang khas pada infeksi ini. Gejala tersebut biasanya diikuti dengan gangguan kurang tidur. Diagnosis dibuat berdasarkan gejala dan ditemukannya telur dari apusan anus atau adanya cacing pada daerah tersebut.
             Pengobatan : 1. Menbendazol dosis tunggal 100 mg
                                    2. Garam piperazin
                                    3. Tiabendazol
                                    4. Pirvinium pamoat
          d. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
             Gejala : Penyakit cacing cambuk biasanya tanpa gejala (asimtomatis). Infeksi berat bisa menyebabkan anemia ringan dan diare berdarah sebagai konsekuensi kehilangan darah karena penghisapan cacing. Diagnosis didapatkan dari adanya telur atau cacing dewasa dalam tinja.
             Pengobatan : 1. Menbendazol  100 mg, 2 kali sehari, selama 3 hari
                                  2. Albendazol 400 mg
                                  3. Pirantel pamoat.
          e. Diphyllobothrium latum (Cacing pita ikan)
             Gejala : Gastrointestinal berupa diare, hilang nafsu makan.
             Pengobatan : Yomesan dan Bithionol


          f. Cacing Pita Babi ( Taenia solium)
             Gejala : Taenia solium biasanya tapa gejala, tapi kadang-kadang dapat menimbulkan perasaan tidak enak di perut yang diikuti oleh diare dan sembelit . dapat juga menyebabkan nafsu makan berkurang, hingga badan menjadi lemah.
             Pengobatan : Atebrin dan Yomesan
          g. Cacing Pita Sapi ( Taenia saginata )
             Gejala : Taenia Saginata biasanya tidak menimbulkan gejala. Kadang – kadang terdapat gejala usus dan eosinofilia. Penderita biasanya datang ke dokter karena ploglotid dapat bergerak aktif keluar anus.
             Pengobatan : Atebrin dan Yomesan
          h. Trematoda hati domba (Fasciola hepatica)
             Gejala : Selama bermigrasi dapat menimbulkan kerusakan parenkim hati. Dalam saluran empedu menimbulkan radang dan penyumbatan dengan akibat cirrhosis periportal.
             Pengobatan : HCl emetin 0,03 g/hari, selama 17 hari
i.      Fasciolapsis buski

   Gejala : Karena cacing melekat pada dinding usus halus, maka akan menyebabkan ulkus yang menimbulkan diare eosinofilia, cachexim, dan infeksi berat dapat menimbulkan kematian.
   Pengobatan : Tetrachior ethylene dan hexylresorsional

 
j. Paragoniues westermani

   Gejala : Terdapat kista dalam alat yang dihinggapi. Gejala paru-paru mulai dengan batuk kering disusul batuk berdarah dengan dahak seperti karat. Dapat juga timbul gejala abses pada alat lain, seperti otak, hati, dinding usus, otot, dan limpa.
   Pengobatan :  Klorokuin 0,75 g/hari sampai 40 g, bhitional
k. Schistosoma japonicum
Gejala : Stadium I : gatal-gatal, gejala intoksikasi dosertai demam,    hepatomegali, dan eosinofilia tinggi.
                  Stadium II : sindroma disentri disertai demam
               Stadium III : sirrhosis hepatis, emasiasi, splenomegali, mungkin terdapat gejala saraf dan paru-paru
             Pengobatan : -




2.3 MALARIA
2.3.1 Pengertian Malaria
          Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu parasit yaitu sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.
2.3.2   Jenis-Jenis Malaria yang Dapat Menyerang Manusia

1. Plasmodium falciparum
            2.  Plasmodium vivax
            3.  Plasmodium ovale
            4.  Plasmodium malariae
2.3.3 Masa Inkubasi Malaria Berdasarkan Jenisnya
1. Plasmodium falciparum memerlukan waktu 7-14 hari
            2.  Plasmosium vivax memerlukan waktu 8-14 hari
            3.  Plasmodium malariae memerlukan waktu 7-30 hari
            4.  Plasmodium ovale memerlukan waktu 8-14 hari


2.3.4 Gejala Klinis Malaria
          a. Anamnesis
              Keluhan yang sering sekali muncul adalah demam lebih dari dua hari, menggigil, dan berkeringat (sering disebut dengan trias malaria). Demam pada keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena P. Falciparum dapat terjadi setiap hari, pada P. Vivax dan P. Ovale demamnya berselang satu hari, sedangkan demam pada P. Malariae menyerang berselang dua hari. Kecurigaan adanya malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih seperti gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata atau kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu adalah keadaan panas yang sangat tinggi, muntah yang terus-menerus, perubahan warna air kencing menjadi seperti teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama sekali.
b.      Pemeriksaan fisik
               Pasien mengalami demam 37,5-40oC, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesaran limpa dan pembesaran hati. Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas meningkat. Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi, manifestasi perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala neurologis.

 
2.3.5   Pengobatan Malaria

Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria maka obat malaria dibagi dalam 5 golongan yaitu:
1.      Skizontosida jaringan primer: proguanil, pitimetamin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit kedalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kasual.
2.      Skizontosida jaringan sekunder: primakuin, dapat membasmi parasit daur eksoeritrositatau bentuk-bentuk jaringan P.vivax dan P.ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti relaps.
3.      Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit, yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. Skizontosida ini dapat mencapai penyembuhan klinis supresif bagi ke empat spesies Plasmodium. Skizontosida darah juga membunuh bentuk-bentuk eritrosit seksual P. Vivax, P. Ovale, P. Malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit P. Falciparum yang matang. Skizontosida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
4.      Gametositosida: menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit P. Falciparum, juga memengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida untuk ke empat spesies; sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalah gametositosida untuk P. Vivax, P. Ovale, dan P. Malariae.
5.      Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: primakuin dan proguanil.


2.3.6   Golongan Obat Malaria Menurut Rumus Kimiamya

1.      alkaloid cinchona (kina)
2.      8-aminokuinolin (primakuin)
3.      9-aminoakridin (mepakrin)
4.      4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin)
5.      biguanida (proguanil, klorproguanil)
6.      diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprim)
7.      sulfon dan sulfonamid (antara lain sulfadoksin)
8.      antibiotik (tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, klindamisin)
9.      kuinolinmetanol dan fenantrenmetanol (meflokuin)

2.3.7   Penggunaan Obat Malaria
         
          Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksis), pengobatan kuratif (terapeutik) dan pencegahan transmisi.

2.4      DIARE
2.4.1 Pengertian Diare
          Diare adalah perubahan frekuensi dan konsentrasi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai buang air besar dalam bentuk cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).
2.4.2 Jenis-Jenis Diare
          1. Diare Akut
            Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak. Diare karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang bayi umunya disebut gastroeenteritis infantil. Diare akut disepakati sebagai diare yang timbul secara mendadak dan berhenti cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu.
          2. Diare Kronik
            Diare kronik yang umumnya bersifat menahun diantara diare akut dan kronik disebut diare subakut. Walker Smith (1978) mendefinisikan diare kronik sebagai diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
2.4.3 Gejala dan Tanda Diare
          1. Gejala Umum
            a. Buang air besar dalam bentuk cair atau lembek
            b. Muntah
            c. Demam
            d. Gejala dehidrasi, seperti mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis

          2. Gejala Spesifik
            a. Diare hebat dengan warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
            b. Tinja berlendir dan berdarah
2.4.4 Penyebab Diare
          1. Virus : Rotavirus (40-60%), Adevirus.
          2. Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio cholerea.
3. Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia, Cryptosporidium (4-11%).
          4. Keracunan makanan.
          5. Malabsorpsi : karbohidarat, lemak, protein
          6. Alergi : makanan, susu sapi.
          7. Imunodefisiensi : AIDS.
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Diare
          1. Faktor gizi
            Semakin buruk gizi seorang anak, ternyata semakin banyak pula kejadian diare yang dialami.
          2. Faktor makanan yang terkontaminasi
            Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak lebih tua. Inilah sebab utama bahwa susu botol dapat merupakan sesuatu yang berbahaya. Meneruskan pemberian ASI (Morley, 1973 dan 1979), menghindarkan susu botol, perhatian penuh terhadap hiegene makanan anak serta pemberian cairan oralit seawal mungkin, jika anak menderita diare adalah kunci utama dalam menanggulangi keadaan ini.
          3. Faktor sosial ekonomi
            Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluaraga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaanair bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu , faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
          4. Faktor lingkungan
            Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh besar terhadap terjadinya diare. Masalah kesehatan lingkungan hidup ini meliputi: kurangnya penyediaan air minum yang bersih, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat, keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat, usaha higene dan sanitasi makanan yang belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, dan lain-lain. Besarnya masalah kesehatan lingkungan hidup ini tercermin dengan masih tingginya prevalensi penyakit infeksi, termasuk diare.
2.4.6 Pengobatan
          a. Tanpa dehidrasi
             Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh keluarga dengan memberi makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan garam, air tajin, air teh, maupun oralit.
          Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah:
-          Memberikan anak lebih banyak cairan.
-          Memberikan makanan terus-menerus.
-          Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari.
          b. Dehidrasi ringan atau sedang
            Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan sampai 5% dari berat badan, sedangakan pada diare sedang terjadi kehilanagan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang dengan cara sebagai berikut:
Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan:
Umur
<1 tahun
1-4 tahun
>5 tahun
Jumlah oralit
300 mL
600 mL
1200 mL
Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret:
Umur
<1 tahun
1-4 tahun
>5 tahun
Jumlah oralit
100 mL
200 mL
400 mL

         c. Dehidrasi berat
            Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk di infus RL (Ringer Laktat).
b.    Teruskan pemberian makan.
            Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.

c.    Antibiotik bila perlu
            Sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA melibatkan saluran pernapasan atas dan juga saluran pernapasan bawah. Infeksi saluran pernapasan akut bagian atas antara lain rhinitis, faringitis, sedangkan infeksit saluran pernapasan akut bagian bawah meliputi laryngitis , bronchitis, bronkhiolitis, pneumonia.
Cacingan adalah penyakit yang disebab oleh parasit yaitu cacing. Klasifikasi cacing ada tiga yaitu nematoda, cestoda, dan trematoda.
          Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu parasit yaitu sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.
          Jenis-jenis malaria yang dapat menyerang manusia ada empat yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae. Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksis), pengobatan kuratif (terapeutik) dan pencegahan transmisi.
          Diare adalah perubahan frekuensi dan konsentrasi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai buang air besar dalam bentuk cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Jenis-jenis diare ada dua yaitu diare Akut dan diare Kronik.






DAFTAR REFERENSI

Widoyono, 2008, Penyakit  Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya, Semarang: Penerbit Erlangga.
Suharyono, 1985, Diare Akut, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Safar, Rosdiana, 2010, Parasitologi Kedokteran, Protozoologi, Helmintologi, Entomologi, Bandung: CV. YRAMA WIDYA
Gandahusada, Srisasi dan Pribadi, Wita, 1998, Parasitologi Kedokteran, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.